News / 18 Dec 2025 /Sherly Nova Maharani

Surplus Perdagangan Berlanjut, Efek Front-Loading Mereda dan Berdampak pada Penerimaan Pajak

Surplus Perdagangan Berlanjut, Efek Front-Loading Mereda dan Berdampak pada Penerimaan Pajak
SURABAYA - Kinerja neraca perdagangan Indonesia hingga November 2025 tetap mencatatkan surplus meskipun efek front-loading perdagangan mulai mereda. Hal ini disampaikan pemerintah dalam Konferensi Pers APBNKiTa Kementerian Keuangan. Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari-November 2025 mencatat surplus USD 38,7 miliar, meningkat 32,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 29,2 miliar.

Dari sisi kinerja ekspor, nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari-November 2025 mencapai USD 256,7 miliar, tumbuh 5,7 persen (year on year). Pertumbuhan tersebut ditopang oleh ekspor logam dasar, minyak goreng kelapa sawit, kimia dasar organik, serta semikonduktor. Kinerja ini turut memberikan kontribusi positif terhadap penerimaan perpajakan, khususnya melalui Pajak Penghasilan (PPh) Badan, PPh Pasal 22 ekspor, serta PPN dalam rantai produksi dan distribusi.


Baca juga: Setelah Larangan Thrifting, Purbaya Siapkan Perang Terhadap Impor Ilegal Baja & Sepatu



Sementara itu, impor Indonesia tercatat sebesar USD 218,1 miliar, tumbuh 2,1 persen (year on year), dengan peningkatan didominasi oleh barang modal seperti mesin dan peralatan, alat komunikasi, serta komputer. Kondisi ini berdampak langsung pada penerimaan kepabeanan, terutama bea masuk dan PPN impor, yang tetap terjaga meskipun laju pertumbuhan impor tidak setinggi awal tahun akibat meredanya aktivitas front-loading.


Baca juga: DJP Berikan Keringanan Pajak untuk WP 3 Daerah Terdampak Bencana Alam


Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan bahwa meskipun surplus perdagangan masih berlanjut, dampak front-loading perdagangan yang terjadi pada awal tahun mulai mereda. Pemerintah akan terus mencermati dinamika perdagangan global serta menjaga keseimbangan antara ekspor dan impor guna mendukung stabilitas ekonomi nasional.

Meredanya efek front-loading mencerminkan normalisasi pola perdagangan, yang berpotensi membuat penerimaan pajak dan bea masuk ke depan lebih stabil dan berkelanjutan, dibandingkan lonjakan sesaat di awal tahun. Dengan komposisi impor yang didominasi barang modal, pemerintah juga melihat adanya sinyal positif terhadap keberlanjutan investasi dan kapasitas produksi domestik, yang pada gilirannya dapat memperkuat basis pajak dalam jangka menengah.


Baca juga: DJP Soroti Tantangan Berat Memajaki Sektor Minerba dan Sawit


Secara keseluruhan, surplus neraca perdagangan yang berlanjut dinilai tetap menjadi penopang ketahanan APBN dan stabilitas fiskal, di tengah dinamika global. Pemerintah akan terus memantau perkembangan perdagangan internasional untuk menjaga keseimbangan antara kinerja ekspor, kebutuhan impor, serta optimalisasi penerimaan pajak dan kepabeanan.


apbn , apbn , apbn-2025 , apbn-kita , kementerian-keuangan , purbaya-yudhi-sadewa

Tulis Komentar



Whatsapp